Tomcat-Biji botani bawang merah atau true shallot seed (TSS) merupakan salah satu alternatif teknologi yang potensial dikembangkan dalam rangka penyediaan benih bawang merah sepanjang tahun di Indonesia. Penggunaan TSS di Indonesia belum berkembang disebabkan belum tersedianya benih TSS maupun teknologi produksi TSS. Kendala utama dalam produksi benih TSS di Indonesia adalah masalah pembungaan dan pembentukan biji bawang merah yang masih rendah. Usaha-usaha untuk meningkatkan pembungaan bawang merah telah dilakukan di antaranya melalui mencari lokasi penanaman yang cocok, ketepatan waktu tanam serta teknik induksi pembungaan. Putrasamedja& Permadi (1994) melaporkan bahwa penanaman bawang merah di dataran tinggi Cipanas menghasilkan pembungaan di atas 70% untuk varietas Bima, Cipanas, dan Kuning. Musim kemarau merupakan waktu yang tepat untuk pembungaan dan produksi benih TSS (Rosliani et al. 2005). Untuk menginduksi pembungaan dapat dilakukan dengan perlakuan vernalisasi umbi bibit pada suhu 10oC selama 4 minggu yang disimpan di cold storage (Satjadipura 1990). Namun peningkatan pembungaan tidak selalu diikuti dengan produksi biji yang tinggi.
Salah satu usaha untuk memperbaiki produksi biji TSS dilakukan dengan menggunakan zat pengatur tumbuh (ZPT) 6-benzyladenin (6-benzylaminopurine). Zat pengatur tumbuh BAP merupakan sitokinin sintetik yang paling aktif pada berbagai proses fisiologis tanaman seperti pembelahan sel, pembesaran sel, diferensiasi jaringan, dan perkembangan fase pembungaan (Amanullah et al. 2010). Aplikasi BAP selain mendorong pembungaan, juga telah terbukti pada pembentukan buah dan biji tanaman Cajanus cajan (Barclay & McDavid 1998) dan kacang kedelai (Youngkoo et al. 2006). Hasil penelitian Rosliani et al. (2012) melaporkan bahwa aplikasi BAP dan boron dapat memperbaiki tingkat pembungaan dan viabilitas serbuk sari yang berimplikasi pada peningkatan produksi dan mutu benih TSS di dataran tinggi. Konsentrasi BAP yang optimum diperoleh pada 37,5 ppm, diaplikasikan dengan penyiraman tiga kali pada umur 1, 3, dan 5 minggu setelah tanam (MST) di dataran tinggi. Teknik aplikasi BAP untuk merangsang pembungaan selain dengan penyiraman/penyemprotan ke tanaman dapat juga dilakukan dengan teknik perendaman umbi bibit sebelum tanam. Kebutuhan BAP melalui teknik perendaman lebih sedikit dibandingkan dengan teknik penyiraman/penyemprotan ke tanaman. Hal ini disebabkan aplikasi dengan teknik perendaman selain hanya membutuhkan volume larutan sedikit juga hanya dilakukan sekali aplikasi. Namun efektivitas melalui teknik perendaman umbi bibit sebelum tanam dibandingkan dengan penyiraman/penyemprotan melalui daun dan bunga belum diketahui. Oleh karena itu teknik aplikasi BAP yang efisien dan efektif perlu dicari dalam rangka pengembangan teknik produksi TSS. untuk menghasilkan benih bawang merah di Indonesia.
Di dataran tinggi, periode pembungaan bawang
merah berlangsung selama 25–30 hari dari tunas umbel
muncul pertama kali sampai dengan tunas umbel
muncul terakhir (Hilman et al. 2014). Umbel bunga
muncul dan panen terjadi 5–6 kali. Pola pembungaan
bawang merah yang terjadi adalah tahap pertama
jumlah umbel yang dihasilkan sedikit dengan ukuran
umbel kecil, umbel kedua sampai kelima jumlah umbel
banyak dengan ukuran umbel besar, dan umbel keenam
dan seterusnya jumlah umbel menurun kembali
dengan ukuran bunga menurun kembali. Namun
pembentukan buah dan biji pada setiap umbel semakin
menurun. Hal ini kemungkinan terjadi karena adanya
persaingan hara dalam pembentukan buah dan biji
(Shivanna & sawhney 1997). Pemeliharaan jumlah
umbel diduga dapat mengurangi persaingan hara
selama pembentukan buah dan biji. Oleh karena itu
perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui umbel ke
berapa yang dapat menghasilkan produksi benih yang
tinggi dengan mutu yang baik.
Selengkapnya dapat mengunduh disini atau disini
Sumber : Litbang Kementan RI
No comments :
Post a Comment