Saturday, May 23, 2015

Pengaruh Mutagen Etil Metan Sulfonat Terhadap Regenerasi Tunas Pada Dua Genotip Manggis Asal Purwakarta dan Pandeglang

Tomcat-Manggis (Garcinia mangostana L.) merupakan salah satu komoditas buah tropik asli Indonesia yang disenangi konsumen baik di dalam negeri maupun di luar negeri. Manggis dikenal sebagai ratunya buah atau queen of tropical fruit karena tekstur buah yang menarik dan kelezatan rasanya yang khas (Cox 1976). Selain itu, kulit buah manggis telah lama dimanfaatkan sebagai obat-obatan di antaranya sebagai anti inflamasi (Chen et al. 2008), anti bakteri (Chomnawang et al. 2009) serta antioksidan (Jung et al. 2006).

Produksi manggis nasional mencapai 117.595 t pada tahun 2011 meskipun sempat mengalami penurunan pada tahun 2008 dan 2010. Produktivitas manggis dari tahun 2006 sampai dengan 2011 pun stagnan berkisar 8 t/ha. Namun, volume ekspor manggis dari tahun ke tahun terus mengalami peningkatan. Terbukti pada tahun 2006 hanya 5.697 t meningkat menjadi 12.603 t pada tahun 2011 dengan nilai 9,9 juta $US (Rp 94 miliar) dengan pangsa pasar utama adalah Hongkong. Selain itu, manggis asal Indonesia juga diekspor ke Tiongkok, Singapura, Malaysia, dan Timur Tengah (Kementerian Pertanian 2013).

Tanaman manggis termasuk tanaman apomiksis obligat, biji tidak berasal dari hasil fertilisasi tetapi berkembang dari embrio adventif secara aseksual (Sobir & Poerwanto 2007), sehingga diduga memiliki keragaman genetik yang rendah (Cox 1976). Pemuliaan mutasi dapat digunakan untuk tanaman yang mengalami masalah dalam rekombinasi genetik melalui hibridisasi, seperti apomiksis, sterilitas, dan inkompatibilitas (Broertjes & Harten 1988). Pemuliaan mutasi secara nyata dapat meningkatkan keragaman genetik pada tanaman yang diperbanyak secara vegetatif atau apomiksis (Sleper & Poehlman 2006). Pemuliaan tanaman manggis diarahkan untuk mendapatkan sifat pertumbuhan cepat, masa juvenil pendek, produktivitas tinggi, kualitas buah yang baik, dan tahan terhadap hama dan penyakit (Ramage et al. 2004).

Frekuensi mutasi dapat ditingkatkan melalui teknik induksi mutasi. Induksi mutasi digunakan untuk memperbaiki karakter agronomi penting tanaman buahbuahan seperti ukuran tanaman, waktu pemasakan, perubahan warna buah, dan self compability (Donini 1982). Teknik induksi mutasi pada tanaman yang diperbanyak secara vegetatif lebih efektif karena dapat mengubah satu atau beberapa karakter tanpa mengubah karakteristik kultivar asalnya (Nagatomi 1996).

Variabilitas baru dan keragaman genetik yang luas dapat tingkatkan melalui induksi mutasi dengan menggunakan mutagen kimia seperti etil metan sulfonat (EMS). Mutagen tersebut digunakan untuk meningkatkan frekuensi munculnya tanaman mutan. Induksi mutasi pada tanaman dengan EMS dapat menyebabkan mutasi pada DNA tanaman yang akan memberikan pengaruh perubahan morfologi pada tanaman tersebut. Senyawa EMS merupakan senyawa alkil yang berpotensi sebagai mutagen untuk tanaman tingkat tinggi. Dibandingkan dengan mutagen kimia lainnya EMS paling banyak digunakan karena mudah dibeli, murah harganya, dan tidak bersifat mutagenik setelah terhidrolisis (Harten 1998). Peningkatan keragaman genetik tanaman dengan induksi EMS telah berhasil dilakukan pada berbagai spesies tanaman, seperti tembakau, kubis bunga (Mangal& Sharma 2002), pisang (Roux 2004), dan Brassica napus (Schierholt et al. 2001).

Selengkapnya dapat mengunduh disini atau disini

Sumber : Litbang Kementan RI

No comments :

Post a Comment