Saturday, May 23, 2015

Respons Ketahanan Beberapa Spesies Anggrek Terhadap Infeksi Odontoglossum Ringspot Virus

Tomcat-Anggrek merupakan salah satu tanaman hias yang banyak diminati masyarakat. Saat ini, anggrek sudah menjadi bagian dari kebutuhan masyarakat perkotaan sehingga anggrek merupakan komoditas ekonomi dalam perdagangan lokal maupun internasional. Potensi pasar anggrek dalam negeri cukup besar karena jika 10% saja orang Indonesia menyukai anggrek dari total penduduk Indonesia yang mencapai lebih dari
240 juta jiwa maka secara ekonomi potensinya besar.

Perkembangan produksi tanaman anggrek sejak tahun 2005 hingga 2009 cenderung meningkat. Meskipun pada tahun 2007 produksi tanaman anggrek mengalami penurunan, namun pada tahun 2008 dan 2009 produksinya kembali meningkat. Tahun 2005 produksi anggrek nasional sebesar 7.902,4 tangkai meningkat menjadi 10.903,4 tangkai, pada tahun 2006 menurun menjadi 9.484,4 tangkai dan kembali meningkat menjadi 16.205,9 pada tahun 2009 (Mattjik 2011).

Salah satu permasalahan dalam budidaya anggrek adalah infeksi oleh patogen dan salah satu di antaranya adalah virus. Virus pada anggrek sangat memengaruhi produksi secara langsung sehingga merugikan petani. Data kerugian yang ditimbulkan akibat infeksi virus pada pengusahaan anggrek di Indonesia belum pernah dilaporkan secara resmi. Namun hasil pengamatan di beberapa lokasi pengembangan anggrek menunjukkan potensi kerugian yang cukup besar mencapai 10–80% jika tidak segera dilakukan pengendalian.

Sebagai gambaran kerugian akibat infeksi virus terjadi pada ekspor anggrek dari Taiwan ke Jepang. Pemerintah Jepang pada bulan September 2007 mulai memeriksa impor Phalaenopsis untuk infeksi virus. Akibatnya lebih dari 10 pengiriman Phalaenopsis melalui kapal dari Taiwan ditolak antara bulan September–Desember 2007 sehingga mengakibatkan kerugian yang besar bagi petani di kedua negara. Petani anggrek di Taiwan mengungkapkan kerugian yang diakibatkan kebijakan tersebut melalui pemerintah kepada pihak Jepang. Hal ini kemudian menyebabkan para petani anggrek di Taiwan berpartisipasi mendesak industri anggrek untuk mengendalikan virus, melakukan kontrol kualitas, dan tidak mengekspor anggrek yang terinfeksi virus ke negara manapun (ICOGO 2008).

Tanaman anggrek dilaporkan dapat terinfeksi oleh kurang lebih 50 jenis virus (Zettler et al.1990, Chang et al. 2005, Navalienskiene et al. 2005). Salah satu jenis virus penting yang banyak menyerang anggrek dengan penyebaran yang luas di dunia adalah odontoglossum ringspot virus (ORSV) (Zettler et al. 1990, Sherpa et al. 2004). Infeksi virus ini dapat menyebabkan kehilangan hasil secara signifikan pada pengusahaan anggrek karena menyebabkan pertumbuhan terhambat dan ukuran bunga mengecil. Odontoglossum ringspot virus diisolasi dan dikarakterisasi dari spesies anggrek Odontoglosum grande yang memperlihatkan gejala ringspot pada daun. Gejala lain yang ditimbulkan adalah belang (mottle) berbentuk berlian, mosaik, dan warna bunga pecah pada Cymbidium (Jensen& Gold 1951, Zaitlin 1976). Beberapa penelitian lain menunjukkan bahwa ORSV menyebabkan mosaik bergaris atau bercak, diamond mottle, dan gejala ringspot pada daun (Corbett 1967, Hull 2002). Odontoglossum ringspot virus dapat menyebabkan nekrotik cokelat bergaris dan malformasi serta distorsi pada rangkaian bunga Cattleya (Afieri Jr. et al. 1991, McMillan Jr. & Vendrame 2005).

Di Singapura kejadian penyakit akibat infeksi ORSV sebesar 4%, sedangkan secara keseluruhan diperkirakan ORSV menginfeksi 14% pertanaman anggrek di dunia. Pengaruh negatif dari virus ini pada budidaya anggrek telah banyak dilaporkan di banyak negara penghasil anggrek di dunia (Francki et al. 1985, Zettler et al.1990, Wong et al. 1994, Eun et al. 2002).

Setiap tanaman memiliki tingkat ketahanan yang berbeda terhadap infeksi virus. Demikian halnya pada jenis Orchidaceae yang memiliki keragaman tingkat ketahanan terhadap infeksi virus. Secara alami tanaman telah mengembangkan beberapa strategi untuk mempertahankan diri dari infeksi/ serangan patogen. Salah satu yang paling efisien adalah respons hipersensitif (HR) berupa kematian sel terprogram yang membatasi patogen di lokasi infeksi awal (Nurnberger et al. 2004). Sistem pertahanan tanaman melibatkan gen avirulen pada virus (avr) yang dikenali reseptor gen resisten (R) pada tanaman yang kemudian mengakibatkan programmed cell death (apoptosis) pada titik infeksi, membentuk lesio lokal (respons hipersensitif) serta menginduksi SAR (systemic acquired resistance) (Atkinson 1993, Nimchuk et al. 2003).

Odontoglossum ringspot virus saat ini merupakan virus yang relatif baru ditemukan di Indonesia, walaupun di negara lain telah diketahui sejak tahun 1951 oleh Jensen & Gold (1951). Beberapa upaya pengendalian infeksi virus dilakukan melalui penggunaan tanaman tahan, penggunaan tanaman/ bibit bebas virus, dan kultur teknis untuk mengurangi penularan dan penyebaran virus (Kang et al. 2005). Tingkat ketahanan berbagai jenis anggrek komersial yang ada di Indonesia terhadap ORSV belum diketahui. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui tingkat ketahanan berbagai jenis anggrek terhadap infeksi ORSV. Informasi tingkat ketahanan anggrek terhadap ORSV penting diketahui sebagai dasar bagi penentuan upaya pengendalian dan perakitan tanaman tahan.

Selengkapnya dapat mengunduh disini atau disini

Sumber : Litbang Kementan RI

No comments :

Post a Comment