Saturday, May 23, 2015

Organogenesis Bunga Aksis Pisang Bergenom AAB dan ABB

Tomcat-Tanaman pisang merupakan tanaman herba, banyak terdapat di Asia Tenggara, termasuk Indonesia. Jenis pisang di Indonesia sangat beragam, yang merupakan pisang liar yaitu Musa acuminata dan M. balbisiana serta hasil persilangan antarsesama atau keduanya yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia. Hasil persilangan tersebut membentuk kombinasi genom AA, BB, AB, AAB, ABB, AAA, BBB, AABB, dan ABBB (Simmonds & Shepherd 1955, Valmayor et al. 2000, Heslop-Harrison 2011).

Koleksi secara ex-situ di lapangan berisiko terhadap hilangnya plasma nutfah disebabkan oleh faktor biotik dan faktor abiotik (Panis 2009). Faktor biotik merupakan organisme pengganggu tanaman pisang yang menyebabkan penyakit layu fusarium, layu bakteri, bercak sigatoka, kerdil bunchy top, dan gall nematoda. Faktor abiotik ialah kondisi lingkungan pertanaman yang dapat menyebabkan cekaman, antara lain kekeringan, kemasaman, dan salinitas (Daly et al. 2006).

Penyimpanan secara in vitro merupakan teknologi yang dapat diterapkan. Teknologi penyimpanan secara in vitro memiliki kelebihan daripada penyimpanan secara konvensional, yaitu memerlukan area, tenaga, waktu, dan biaya yang relatif lebih kecil sehingga penyimpanan dapat dilakukan secara efektif dan efisien. Sebelum aplikasi penyimpanan in vitro, sistem regenerasi perlu dikuasai terlebih dahulu. Kultur in vitro melalui jalur organogenesis telah banyak dilaporkan dan eksplan yang biasa digunakan adalah anakan atau suckers (Khalil et al. 2002, Roy et al. 2010). Organogenesis melalui bunga jantan juga telah dilakukan (Darvari et al. 2010, Sultan et al. 2011). Regenerasi melalui scalp juga telah dilaporkan (Elhory et al. 2009) dan melalui meristem apikal (Al Amin et al. 2009). Dilaporkan bahwa regenerasi tanaman pisang dipengaruhi oleh genotip tanaman. Studi organogenesis pisang menggunakan bunga aksis masih cukup terbatas (Krikorian et al. 1993, Martin 2005).

Selain kendala kontaminasi, pencokelatan juga menjadi faktor penghambat dalam kultur in vitro pisang, khususnya yang mengandung genom B (Resmi & Nair 2011). Pencokelatan yang terjadi selama kultur in vitro dapat menyebabkan terhambatnya pertumbuhan biakan atau bahkan menimbulkan kematian.

Pada regenerasi pisang, selain modifikasi media melalui penggunaan zat pengatur tumbuh (ZPT), tipe eksplan juga dapat memengaruhi keberhasilan kultur in vitro pisang. Pada umumnya, sucker digunakan sebagai sumber eksplan. Pada penelitian ini digunakan jenis eksplan lainnya, yaitu bunga aksis yang diharapkan dapat mengatasi masalah pencokelatan dan rendahnya faktor multiplikasi tunas. Bunga aksis pisang ialah jaringan meristematik yang masih aktif membelah dan tidak adanya kontak dengan tanah sehingga pertumbuhan biakan pisang yang bergenom AAB dan ABB dapat dioptimalkan.

Selengkapnya dapat mengunduh disini atau disini

Sumber : Litbang Kementan RI

No comments :

Post a Comment